short story
dulu aku dan keluarga ku pun memulai semua dari kehidupan yang cukup memadai, yang setiap apa keperluan kami bisa tercapai, namun tidak semudah itu terlihat pada umumnya. kadang di suatu saat kami kekurangan untuk memenuhi semua keinginan kami itu, entah dari elektronik, keperluan seperti tas, sepatu, dll. atau juga seperti makanan yang biasa kami makan sehari-hari. mungkin itu cobaan dari yang maha kuasa. cobaan karna kita kurang bersyukur, dan mungkin cobaan agar kita harus bisa lebih bersyukur atas apa yang kita punya.
waktu terus berlalu, dan haripun berganti pula.
keadaan semakin meburuk, dimana kami kekurangan uang untuk membeli bahan makanan pokok. mama kami berusaha kesana kemari menjari sebuah pinjeman untuk sekedar bisa makan satu hari itu, namun hasilnya pun nihil. tidak ada yang mempedulikan kami, mereka hanya bisa mencibir dan seperti halnya membicarakan kami seperti orang yang sudah tidak mampu atau mungkin bahasa kasar untuk mereka itu "pengemis".
jahat!!!
ya memang jahat sekali mereka. hati ini pun sakit ketika mereka dalam kurun waktu beberapa menit langsung merubah ekspresi muka mereka setelah kami minta bantuan itu.
hari demi hari pun berlalu
selama hari berlalu itu, kami hanya bisa makan makanan yang seadanya (nasi kepal). kami kuat, kami belajar dari cobaan tersebut, kalau dikehidupan kami dihari-hari sebelumnya kami kurang mensyukuri nikmat-Nya. entah berapa lama, seiring berjalannya waktu, kehidupan kami kembali seperti semula. no!! bukan kehidupan yg sederhana lagi, dimana papa sudah bisa membelikan satu buah mobil untuk keluarga kecil kami, dan dua buah motor. disitu kami sangat bersyukur, dan selalu terus bersyukur atas nikmat-Nya.
sampai pada suatu saat, banyak sekali yang mencibir keluarga kami, atas keberhasilan keluarga ini. seperti tidak suka bahwa keluarga kami memiliki kendaraan beroda4 itu. cibiran, hinaa, caciaan, kami hadapi dengan curhat kepadanya. dan membiarkan cibiran itu berhenti dengan sendirinya. aku yakin, mereka yang seperti itu hanya iri dengan apa yang kami punya. setelah beberapa dari mereka tahu akan keberhasilan ini, ada saja yang datang kepada keluarga kecil kami sekedar meminta tolong seperti apa yang mamah saya lakukan dulu kepada mereka. disitu aku kesal, kenapa orang seperti itu tidak tahu diri, dan tidak tahu apa yang pernah diperbuatnya kepada mama bahkan kepada keluarga saya dulu.
"gak usah dipinjemin mah" terlontar kata itu dari mulutku.
"hhhh" mama hanya bisa menghela nafasnya dengan panjang.
"dulu dia gak peduli sama kita, buat apa dikasih. biar aja dia ngerasain gimana diposisi mama dulu"
"bales dendam itu gak baik, yang ingin dia pinjam itu banyak. sedangkan mama hanya punya sekian, mama gak bisa memberikannya nak. maka dari itu mama seperti orng yang sama saja dengannya dulu"
"yaudah mah, kalo kita punya pasti kita kasih kan, tapi sekarang juga keadaannya gini. ya gak usah disesalin."
0 komentar:
Posting Komentar